Strategi Produk UMKM Difabel Bersaing Di Pasar Global

Sejumlah produk makanan dan minuman olahan, kerajinan tangan dan kriya hasil karya para penyandang disabilitas dipamerkan dan dijual di lobi Kantor DPRD Kota Malang, Minggu (02/5/2021). Berbagai produk pelaku UMKM penyandang difabel yang tergabung dalam Yayasan Waroeng Inklusi ini tak kalah dengan produk UMKM yang ada di pasaran, dari sisi mutu dan kualitasnya.

Gelaran ini, selain dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, sekaligus untuk memberi ruang serta pembuktian kepada masyarakat bahwa kaum difabel tetap berkarya serta karyanya patut diapresiasi. Hal ini juga sebagai bukti jika kaum difabel jangan dipandang sebelah mata karena dari sebuah keterbatasan pasti ada kelebihan yang apabila dioptimalkan akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa.

Beberapa hal itu yang disampaikan Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang, Muhamad Sailendra, ST., MM usai membuka acara tersebut. Dia pun mengapresiasi apa yang dilakukan para disabilitas ini dan menurutnya berbagai produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar global.

Sailendra pun mengaku pihaknya akan memberi akses atau peluang sepenuhnya serta membantu mereka agar ke depan lebih baik lagi. “Kami yang membidangi untuk pembinaan UMKM, koperasi, kita bisa berkoordinasi, kita fasilitasi hal-hal apa yang mereka butuhkan untuk meningkatkan terkait produk, meningkatkan penjualan mereka dan juga untuk meningkatkan brand produk mereka,” imbuhnya.

Sementara itu, Afifah Setiani selaku Ketua Yayasan Waroeng Inklusi memaparkan, bahwa pihaknya akan terus memberi pendampingan bagi pelaku UMKM yang menjadi anggota. Terutama sampai saat ini belum semua anggotanya dapat mengakses dunia perbankan maupun berbagai kemudahan di Diskopindag Kota Malang.

Di sisi lain, peningkatan mutu dan kualitas sumber daya manusia di internal organisasi juga akan terus dikuatkan sehingga seiring dengan berbagai program pemerintah daerah maupun pusat nantinya. “Kami memberikan pelatihan dulu, pembinaannya, dan setelah pelatihan terus kita mendampingi. Langkah berikutnya dicari kesulitannya di mana, hambatannya di mana, sampai ananda atau keluarga disabilitas ini mampu mandiri,” ungkap Afifah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *