Secara tahunan pada triwulan ketiga tahun ini ekonomi di Jawa Timur terus bertumbuh dan berada di angka 3,23 persen dengan realisasi inflasi hingga November 2021 sebesar 2,22 persen. Di tahun 2022 nanti ekonomi Jawa Timur diprediksi akan berada di angka antara 5,0 hingga 5,8 persen dengan tingkat inflasi antara 2,9 hingga 3,1 persen.
Pernyataan itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Budi Hanoto dalam acara refleksi akhir tahun yang digelar secara virtual, Selasa (28/12/2021). Mengusung tema ‘Optimis Jatim Bangkit,’ Pengendalian inflasi untuk pemulihan ekonomi berkelanjutan, Budi optimis apa yang diprediksi itu mempunyai tingkat akurasi yang kuat.
Selain itu, mengacu kepada empat faktor atau 4K di tahun ini berjalan dengan baik dan terbukti ekonomi di Jawa Timur terus bergeliat secara signifikan. 4K tersebut, yaitu keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, komunikasi efektif, dan ketersediaan pasokan.
“Di sisi lain, program misi dagang antarkabupaten dan kota, antarprovinsi yang selama ini dikembangkan berjalan baik. Sehingga apa yang menjadi kebutuhan daerah terpenuhi secara maksimal,” imbuhnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, turut optimis dengan apa yang dipaparkan Budi Hanoto itu dan dia berpesan agar terus menanamkan rasa optimisme itu. “Jika kita selalu mempunyai rasa optimis, maka apa yang kita pikirkan itu akan menjadi sebuah kenyataan. Karena pada dasarnya, apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita itu berawal dari apa yang kita pikirkan,” ucapnya.
Di pihak lain, Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji yang mengikuti gelaran ini, mengaku turut optimis jika ekonomi di Jawa Timur dan khususnya Kota Malang akan terus bertumbuh.
“Dalam acara tadi sudah disampaikan jika ada beberapa kendala bagaimana inflasi kita terpantau. Terpantaunya itu bukan harus menurunkan angka inflasi, tapi ketika inflasi genie rasio kita masih terjaga dengan baik. Ketika deflasi bukan berarti daya beli masyarakat itu berkurang, dan itulah perlunya kontrol,” ungkapnya.
Dalam konteks ini, terang pria berkacamata itu, yang dilakukan Kota Malang adalah terus melakukan pemantauan harga kebutuhan masyarakat atau sembilan bahan pokok (sembako). “Kita sudah mempunyai website terkait harga pasar sejumlah kebutuhan tersebut, sehingga dari upaya ini akan terjadi stabilitas harga dan mencegah terjadinya kelangkaan kebutuhan tersebut,” jelasnya.
Di sisi lain, Kota Malang mempunyai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), seperti Perumda Tugu Aneka Usaha (Tunas) dan Perumda Tugu Artha yang di tahun 2022 nanti akan berperan aktif untuk mewujudkan stabilitas harga yang pada akhirnya akan turut mengendalikan inflasi. Misi dagang dengan kabupaten dan kota lain, selama ini berjalan dengan baik dan akan terus dikuatkan.
“Dari kondisi ini, setidaknya di tahun 2022 nanti ekonomi di Kota Malang akan berada di angka antara 4 hingga, dan bahkan 6 persen,” pungkasnya.
Sumber : malangkota.go.id