Lagi Kota Malang menorehkan prestasi, kali ini dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2021 yang diadakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB) dengan inovasi Si Ikan Nila atau Sentra Intensif Budidaya Ikan Nila Sistem Bioflok.
Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji menyampaikan Kota Malang masuk Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2021. Inovasi dari Kelurahan Bakalankrajan merupakan pioner bioflok secara kewilayahan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat dan keswadayaan wilayah. Inovasi ini juga bukan hanya sekadar budidaya, namun telah terintegrasi dari hulu sampai hilir.
“Mulai dari pembenihan, pembesaran, edukasi teknis kolam, pengolahan pasca panen, pariwisata sampai dengan pemasaran menjadi satu kesatuan usaha yang dilaksanakan bersama-sama,” imbuh Wali Kota Sutiaji, Kamis (29/7/2021).
Penggunaan sistem bioflok pada inovasi Si Ikan Nila ini bukan tanpa alasan, inovasi ini sangat bisa diterapkan di lahan sempit, seperti lorong rumah, halaman rumah, lahan tidak produktif, atau bahkan di dalam rumah. Nyatanya, walau menggunakan lahan sempit di perkotaan metode ini memiliki berbagai keunggulan, di antaranya produktivitas tinggi (panen lebih cepat dan kepadatan tebar benih tinggi), hemat lahan, dan hemat air.
“Kami melibatkan melakukan kerja sama pentahelix demi kemajuan inovasi dan kesejahteraan masyarakat. Mulai dari Kelurahan Bakalankrajan sendiri selaku inisiator, pengayom pembudidaya dan pokdarwis, dan menjadi fasilitator koordinasi,” ujar Sutiaji.
Kehadiran Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) juga sangat membantu keberlangsungan Si Ikan Nila. Karena melalui dinas ini akan memberikan bantuan bibit ikan dan indukan serta memberikan penyuluhan perikanan. Demikian juga dengan Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) yang membantu dalam hal penetapan dan pembinaan pokdarwis.
“Demikian juga dengan komponen pentahelix lainnya, yaitu kalangan akademisi, dunia usaha, masyarakat, hingga pondok pesantren memiliki peran masing-masing dalam pengembangan budidaya ikan nila ini,” sambung Sutiaji.
Inovasi bermanfaat jika memiliki dampak bagi kesejahteraan masyarakat. Tak terkecuali inovasi Si Ikan Nila ini, kata Sutiaji, budidaya ikan nila ini telah meningkatkan pendapatan masyarakat pekerja sektor informal mencapai Rp1.800.000,00 per siklus per kolam. Selain itu, mampu menurunkan tingkat pengangguran dimana kini telah ada 85 orang pembudidaya dan 121 orang pelaku usaha pendukung budidaya (pascapanen dan UMKM olahan).
“Inovasi ini memiliki kontribusi dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan mendukung tujuan berkelanjutan. Tak ayal jika inovasi ini juga telah diadopsi oleh kelurahan lain dan beberapa daerah di luar Kota Malang seperti Tunjungsekar, Sukun, Mulyorejo, Wagir, Dau, dan Singosari,” sambungnya.
Inovasi Si Ikan Nila ini juga menjadi wujud nyata bahwa perikanan perkotaan dapat dilakukan dengan mudah, murah, dan variatif. Modal per kolam antara mulai Rp2.200.000,00 hingga Rp5.000.000,00 serta bisa dikembangkan untuk jenis ikan lainnya, seperti lele, gurami, mujair, dan udang. Jumlah pembudidaya sekitar 85 orang yang rata-rata generasi milenial, Si Ikan Nila bisa memproduksi 26,4 ton ikan nila setiap tahunnya dengan omzet Rp660,9 juta per tahun (dengan asumsi harga Rp25.000,00/kg).
“Jika untuk kategori kota, maka Kota Malang masuk ke dalam delapan inovasi yang terpilih sebagai Top Inovasi Pelayanan Publik Terpuji KIPP 2021,” pungkas Sutiaji.
Sementara itu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPANRB) Tjahjo Kumolo mengatakan, sebelumnya sebanyak 1.609 proposal inovasi telah lolos seleksi administrasi KIPP 2021. Proposal inovasi tersebut terdiri dari 1.458 proposal untuk kelompok umum, 49 proposal untuk kelompok replikasi, dan 102 proposal untuk kelompok khusus.
Dari 1.609 proposal yang lolos seleksi administrasi, kata Tjahjo Kumolo, maka diumumkan Top Inovasi Pelayanan Publik Terpuji KIPP 2021. Hasilnya di antaranya, Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2021, Top 5 Replikasi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2021, dan 5 Pemenang Outstanding Achievement of Public Service Innovation.
“Inovasi terutama dalam hal pelayanan publik harus terus bertransformasi dan terus dimodifikasi sesuai dengan perkembangan dan tantangan yang ada. Penyebaran inovasi melalui replikasi dan keberlanjutan harus menjadi perhatian dalam pengembangan inovasi pelayanan publik,” ujar Tjahjo Kumolo dari Jakarta secara virtual.
KIPP bukan sekadar kompetisi atau lomba tahunan untuk mencari pemenang. Tetapi bertujuan membiasakan budaya berinovasi di kalangan birokrasi, menjaring inovasi pelayanan publik oleh instansi pemerintah, memberi apresiasi bagi penyelenggara yang berkinerja luar biasa dalam memberikan pelayanan, serta memotivasi penyelenggara pelayanan publik untuk meningkatkan inovasi dan profesionalisme dalam pemberian pelayanan publik.